Sirah Nabawiyah
Oleh: Prof.Dr. Rawwas Qal’ahji
.
Allah swt. telah memberikan proyeksi yang tepat dan akurat dengan sorotan yang mampu menyingkap pribadi Muhammad bin Abdillah sejak pertama kalinya sebagai sosok laki-laki yang mungkin akan dibebankan kepadanya misi kepemimpinan umat manusia.
1. Nasabnya yang Terhormat
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Khilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an- Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bn Mu’ad bin ‘Adnan bin Ismail bin Ibrahim al-Khalil as.
Sedangkan nasab beliau dari jalur ibu yaitu Muhammad bin Aminah binti Wahhab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr.
Kedua orang tua Rasulullah saw. Merupakan keturunan Adam yang paling mulia kebangsawanannya dan paling terhormat nasabnya. Nasab yang terhormat ini sangat berpengaruh terhadap diri Rasulullah saw, juga berpengaruh kepada siapa saja yang Rasulullah saw. sampaikan syari’at Allah kepadanya. Beliau tumbuh secara normal, meski beliau seorang yatim. Beliau tidak merasa rendah dan hina, berani mengungkapkan pendapatnya, dan penuh percaya diri. Sedangkan, pengaruhnya terhadap orang-orang yang diseru oleh Rasulullah saw, agar beriman dan bergabung di bawah benderanya, dan diterimanya beliau sebagai penguasa, sebab beliau bagian dari tokoh Quraisy yang terbesar dan tertinggi nasabnya.
Begitu juga, penguasa dalam perspektif Islam harus dari keluarga terhormat, serta memiliki banyak kelebihan. Sehingga hal itu membantu menciptakan kepercayaan masyarakat kepadanya, dan masyarakat merasa puas menjadi pendukungnya. Namun, orang yang terhormat jangan sampai melupakan pertolongan masyarakat kalangan bawah (rakyat kecil), sebab perlu adanya kerja sama dari semuanya dalam meninggikan bendera negara, dan dalam menghilangkan pertentangan di tengah-tengah masyarakat. Rasulullah saw, bersabda: ”Kekhilafahan itu (khalifahnya) dari suku Quraisy.”
Umar bin Khattab ra, mengirim surat kepada beberapa bawahannya, yang isinya: ”Jangan kalian mengangkat qadhi, kecuali dia dari orang yang berharta, dan dari keluarga terhormat, Sebab, orang yang terharta tidak menginginkan harta manusia, sedang orang yang berasal dari keluarga terhormat tidak akan khawatir dengan akibat-akibat (buruk yang akan terjadi) di tengah-tengah masyarakat”.
2. Keturunan dari Dua Orang yang Disembelih
Allah swt, memerintahkan Ibrahim as. agar menyembelih putranya, Ismail. Ketika Ibrahim as, melaksanakan perintah-Nya, Allah swt. menggantinya dengan sembelihan yang besar. Dan dari Ismail inilah lahir nasab Rasulullah saw.
Abdul Muththalib kakek Rasulullah saw. bernadzar, kalau dikaruniai sepuluh orang anak dan semuanya hidup, maka dia akan menyembelih salah satu dari mereka untuk Allah di Ka’bah. Ketika dia benar–benar dikaruniai sepuluh orang anak, maka dikumpulkanlah mereka, lalu dia memberitahukan kepada mereka tentang nadzarnya, dan dia mengajak mereka agar menepati nadzarnya karena Allah, mereka mentaatinya. Lalu mereka diminta menuliskan nama masing-masing pada anak panah dan diserahkan kepada Abdul Mutthalib. Lalu Abdul Muththalib memasukkan semua anak panah itu kedalam Hubal yang terletak di atas sumur di tengah Ka’bah.
Abdul Muththalib berkata kepada pemilik batu pemukul: ”Pukulah tempat yang di dalamnya semua anak panah putra-putraku dikumpulkan.” Abdul Muththalib memberitahukan kepada pemilik batu pemukul tentang nadzarnya dan apa yang dia perintahkan kepada putra-putranya. Ketika itu, Abdullah merupakan putra yang paling kecil dan paling disayanginya, sehingga dia berharap agar anak panah yang keluar nanti bukan milik Abdullah. Ternyata yang keluar justru anak panah dengan nama Abdullah.
Abdul Muththalib mengambil anak panah itu dan pisau, lalu mendekati Abdullah untuk disembelihnya. Orang –orang Quraisy tidak tega melihat hal itu terjadi, maka mereka berkata: ”Demi Allah, jangan kamu lakukan itu selamanya. Jika tidak, maka kamu akan menyesalinya. Jika kamu tetap ingin melakukannya, maka kami akan tetap akan menghalanginya, kecuali kalau kamu sudah menyembelihnya.”
Apa arti pembelaan mereka dalam kasus ini?
Allah swt, telah menyelamatkan ayah Muhammad dari penyembelihan. Peristiwa itu harus di banggakan oleh Rasulullah saw, serta sebagai penguat sikapnya dihadapan orang-orang Arab. Kesiagaan orang-orang Quraisy menjaganya dan tidak menyia-nyiakannya, sebab suatu saat anak dari ayah yang diselamatkan dari penyembelihan itu akan tumbuh besar dan menghasilkan buah yang matang, segar dan enak dimakan oleh semua umat manusia.